Thursday, March 14, 2013

CERITA CINTA


Melihat  dua anak manusia saling mencinta, atau sedang mencari cinta hati saya selalu jadi biru dan sendu. Saya takut mereka terperosok dalam lubang kesalahan. Kisah cinta selalu mengingatkan saya pada  salah satu episode dalam hidup ini. Episode yang menjadi penutup masa kelam saya. Sebuah bab dalam kehidupan yang membuat saya menemukan keindahan cinta yang sesungguhnya.

Pernikahan itu luar biasa...saya seperti bermimpi. Semuanya sangat indah. Erwin mencintai dan menyayangi saya seperti impian seorang wanita. Saya sempat berfikir," Apa yang telah saya lakukan hingga Allah berkenan  membuat saya sebahagia ini ."
Saya mabuk dalam gelombang cinta. Saya merasa hebat,bangga,dan terpenuhi dengan cinta yang diberikan suami. Pada saat itu saya merasa hidup saya sempurna,saya tidak butuh apa-apa lagi. Saya punya cinta begitu banyak yang selalu ingin saya curahkan. Dan merasakan cinta yang sama dari dirinya.

Tepat di hari ulang tahun pernikahan yang pertama Allah pisahkan kami lewat sebuah kematian. Langit seperti runtuh.Setiap udara yang saya hirup seperti racun yang menyesakkan. Saya benci melihat matahari masih bersinar. Saya benci kehidupan. 
Cinta yang saya banggakan, cinta yang saya agungkan, cinta yang saya rasa hebat dan besar itu seperti balik mehantam diri saya. Hati saya sakit dengan kesakitan yang belum pernah ada bandingnya . Saya menderita luar biasa.Rindu yang dulu terasa indah berubah menjadi kepedihan panjang. Saya hancur tak bisa utuh lagi karena cinta.

Dalam dialog saya dengan Allah saya bertanya,"Kenapa Engkau berikan rasa nikmat dengan nama CINTA,tapi dengan nama yang sama CINTA menjadi lambang sebuah derita?"
Dengan terus berlari kepada Allah saya menemukan jawabannya.
Allah tidak pernah salah menciptakan rasa cinta, sayalah yang salah menterjemahkannya sehingga cinta berubah menjadi sebuah derita.
Allah redha dengan rasa cinta yang Dia tumbuhkan pada saya dan suami dalam ikatan pernikahan. Dia halalkan kami menikmati cinta pemberianNya. Tapi kami lupa pada pemilikNya. Kami sibuk membesarkan rasa cinta,sibuk menikmati cinta, sibuk saling merindu dan bangga akan perasaan yang kami miliki. Kami lupa kemana cinta ini harusnya bermuara. Tiba-tiba Allah lihatkan kuasaNya Dia ambil orang yang saya cintai. Dan tinggallah saya dengan cinta yang kemudian menjelma menjadi sebuah rasa yang menyakiti setiap sudut hati saya.
Saya sudah melakukan kesalahan,saya durhaka kepada Allah.

Seiring waktu perlahan saya mengembalikan keutuhan diri saya dengan belajar lebih  mencintai Allah. Saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, sebuah kesalahan yang harus saya tebus dengan kesakitan luar biasa. Saya tidak akan membiarkan cinta menjelma menjadi sebuah penderitaan karena tidak tau kemana muara alirannya. Saya belajar menjalani hidup dengan menjadikan Allah muara setiap cinta yang saya alirkan.

Saya menikah lagi, tapi kali ini berbeda. Saya bagian dari Rumah Tangga Poligami. Sebuah alasan kuat mendorong diri saya untuk berani melangkah ke ruang ini, alasan yang saya dapat dari sakitnya rasa cinta. Saya berharap dengan rumah tangga ini saya dapat belajar lebih mencintai Allah dan mengalirkan muara cinta saya hanya pada Dia.
Kepada yang mencintai dan mencari cinta semoga tidak salah mengartikan cinta, jangan biarkan mengalir bukan pada muaranya karena cinta yang tidak bermuara kepada Allah hanya sebuah kesia-siaan yang suatu saat akan menjelma menjadi siksaan.

No comments:

Post a Comment