Melihat dua anak manusia saling mencinta, atau
sedang mencari cinta hati saya selalu jadi biru dan sendu. Saya takut mereka
terperosok dalam lubang kesalahan. Kisah cinta selalu mengingatkan saya pada salah satu episode dalam hidup ini. Episode
yang menjadi penutup masa kelam saya. Sebuah bab dalam kehidupan yang membuat
saya menemukan keindahan cinta yang sesungguhnya.
Pernikahan itu luar
biasa...saya seperti bermimpi. Semuanya sangat indah. Erwin mencintai dan
menyayangi saya seperti impian seorang wanita. Saya sempat berfikir," Apa
yang telah saya lakukan hingga Allah berkenan
membuat saya sebahagia ini ."
Saya mabuk dalam
gelombang cinta. Saya merasa hebat,bangga,dan terpenuhi dengan cinta yang
diberikan suami. Pada saat itu saya merasa hidup saya sempurna,saya tidak butuh
apa-apa lagi. Saya punya cinta begitu banyak yang selalu ingin saya curahkan.
Dan merasakan cinta yang sama dari dirinya.
Tepat di hari ulang
tahun pernikahan yang pertama Allah pisahkan kami lewat sebuah kematian. Langit
seperti runtuh.Setiap udara yang saya hirup seperti racun yang menyesakkan.
Saya benci melihat matahari masih bersinar. Saya benci kehidupan.
Cinta yang saya
banggakan, cinta yang saya agungkan, cinta yang saya rasa hebat dan besar itu
seperti balik mehantam diri saya. Hati saya sakit dengan kesakitan yang belum
pernah ada bandingnya . Saya menderita luar biasa.Rindu yang dulu terasa indah
berubah menjadi kepedihan panjang. Saya hancur tak bisa utuh lagi karena cinta.
Dalam dialog saya
dengan Allah saya bertanya,"Kenapa Engkau berikan rasa nikmat dengan nama
CINTA,tapi dengan nama yang sama CINTA menjadi lambang sebuah derita?"
Dengan terus berlari
kepada Allah saya menemukan jawabannya.
Allah tidak pernah
salah menciptakan rasa cinta, sayalah yang salah menterjemahkannya sehingga
cinta berubah menjadi sebuah derita.
Allah redha dengan
rasa cinta yang Dia tumbuhkan pada saya dan suami dalam ikatan pernikahan. Dia
halalkan kami menikmati cinta pemberianNya. Tapi kami lupa pada pemilikNya.
Kami sibuk membesarkan rasa cinta,sibuk menikmati cinta, sibuk saling merindu
dan bangga akan perasaan yang kami miliki. Kami lupa kemana cinta ini harusnya
bermuara. Tiba-tiba Allah lihatkan kuasaNya Dia ambil orang yang saya cintai.
Dan tinggallah saya dengan cinta yang kemudian menjelma menjadi sebuah rasa
yang menyakiti setiap sudut hati saya.
Saya sudah melakukan
kesalahan,saya durhaka kepada Allah.
Seiring waktu
perlahan saya mengembalikan keutuhan diri saya dengan belajar lebih mencintai Allah. Saya tidak akan mengulangi
kesalahan yang sama, sebuah kesalahan yang harus saya tebus dengan kesakitan
luar biasa. Saya tidak akan membiarkan cinta menjelma menjadi sebuah
penderitaan karena tidak tau kemana muara alirannya. Saya belajar menjalani
hidup dengan menjadikan Allah muara setiap cinta yang saya alirkan.
Saya menikah lagi,
tapi kali ini berbeda. Saya bagian dari Rumah Tangga Poligami. Sebuah alasan
kuat mendorong diri saya untuk berani melangkah ke ruang ini, alasan yang saya
dapat dari sakitnya rasa cinta. Saya berharap dengan rumah tangga ini saya dapat
belajar lebih mencintai Allah dan mengalirkan muara cinta saya hanya pada Dia.
Kepada yang
mencintai dan mencari cinta semoga tidak salah mengartikan cinta, jangan
biarkan mengalir bukan pada muaranya karena cinta yang tidak bermuara kepada
Allah hanya sebuah kesia-siaan yang suatu saat akan menjelma menjadi siksaan.
No comments:
Post a Comment